Santapan Rohani


Random Hadith Widget

Monday, November 8, 2010

Aku Dah Tunang












Assalamualaikum...

“Rahsiakan pertunangan dan iklankan (maklumkan) tentang perkahwinan” (Hadith riwayat Ahmad dari Abdullah bin Zubair Radhiyallahu ‘anhu, dan disahihkan oleh al-Albani di dalam Irwa’ al-Ghalil)

Kalau meneliti hadis di atas, pasti akan kedengaran suara-suara berbisik di balik tiang,
" Benda baik, buat apa nak sembunyi? "
" Kan better kita hebahkan, baru laa orang lain tak 'masuk line' dah pasangan tu..."

Betul tak?


Hadis VS Pemikiran


Islam tidak pernah melarang umatnya berfikir. Sebaliknya lebih menggalakkan umatnya berfikiran secara terbuka. Setiap yang tertulis, pasti ada hikmahnya. Allah itu Maha Mengetahui. Hanya kita sahaja terbatas pemikiran kita. Tapi masih ada hati untuk menyoal?

Kenapa Islam suruh merahsiakan pertunangan? Tunang itu, bukanlah satu tiket untuk sebarang komitmen apa-apa lagi. Sebetulnya, pertunangan itu hanyalah untuk sesi berkenalan bagi pasangan 'bakal' pengantin. Bukanlah HALAL lagi untuk pasangan itu melakukan sesuka hati mereka atas tiket " Kami sudah bertunang " !!

Cuba kita tengok akan keadaan orang bertunang, jika mereka hendak keluar membeli perkakas perkahwinan, si 'bakal' pengantin wanita masih perlulah diiringi penjaganya. Dalam suasana sebegitu, kan terjaga ikatan yang bakal diikatkan. Dalam pada masa yang sama, disitu juga terlihat berkenalan dengan 'penjaga' bakal pengantin perempuan itu. Married is not about 2 persons only! Ia melibatkan orang sekeliling sama, maka berkenalanlah dengan bakal pak mertua or bakal abang ipar sama!


Pertunangan Bagaikan Lesen Besar

Jika kita lihat zaman sekarang, jangan katakan sudah bertunang, dalam proses 'gelipren' dan 'boyapren' pun sudah diheboh-hebohkan. Tengok sajalah dalam friendster, dalam facebook, dalam blog dan dalam macam-macam lagi alam maya ini, dengan bangganya menayangkan gambar-gambar boyapren dan gelipren pada semua orang. Dengan perasaan bangga pulak tu!

Bayangkan, ambil gambar dengan gelipren berlaga pipi, lepas tu pamer dekat facebook. Bangga dia ada gelipren. Orang macam ini, mahu diklasifikasikan sebagai orang jenis apa? Melakukan dosa, dan BERBANGGA dengan dosa dilakukan dengan mempamerkan pada dunia! (Semoga Allah memberikan hidayah pada mereka)

Keluar dengan kawan-kawan, bawa bersama boyapren ikut skali. Siap kenalkan pada semua kawan-kawan dia. Yang segak bergaya dengan body katang-katang ni laa boyapren dia! Lepas tu, kawan-kawan pun mangkuk sekaki. Dah nampak maksiat depan mata, bukan nak cegah dengan perbuatan atau pertuturan. Siap boleh tak der rasa apa-apa. Selemah-lemah iman, membenci perbuatan maksiat itu dengan hati sambil berdoa kepada Allah. Itu untuk selemah-lemah iman. Habis tu, dah tak der rasa apa-apa, TAK DAK iman dah laa kawan-kawan dia tu?

Tu baru bercakap pasal boyapren dan gelipren!

Dulu aman masa tak der lesen motor lagi, bawa motor pi bandar ikut jalan dalam. Ikut kampung-kampung orang. masih takut-takut lagi nak masuk jalan besar. Bila dapat jaa lesen, kalau boleh nak saja pi cari polis-polis trafik atau JPJ. Nak lalu depan! Nak tunjuk aman dah ada lesen.....

Macam tu laa orang yang sudah bertunang pada zaman sekarang. Dulu masa title pakwe makwe , nak bawa anak dara orang takut-takut lagi. Tak berani nak pi amik kat rumah. Tunggu dekat hujung jalan kampung saja. Balik pun tak sampai laa lepas maghrib. Tapi, bila sudah bertunang ja, selumber badak ja pi rumah anak dara aka tunang dia tu. Cakap dekat bakal pak mertua nak bawa keluar anak dara dia sat. Alasan nak pi cari barang hantaran. Balik slumber jaa dekat pukul 12 malam baru balik.

Yang mak ngan ayah si perempuan tu pun satu, moden laa sangat.

Adakah betul tindakan itu?

" Jangan biarkan dosa semalam penyebab kemusnahan rumah tangga yang dibina"

Tak tau la aman nak cakap apa lagi. Kalau nak cakap hukum, rasanya ramai sudah tau. Tapi, pasai apa masih berlaku juga suasana macam ni dalam kehidupan sekeliling kita?

Tepuk dada, tanya iman.Opss...tadi kat atas tu kata TAK DAK IMAN, macam mana nak tanya? Jangan tanya aman, aman pun tak tahu nak jawab macam mana lagi~

Dipetik dari sini.

Wanita Ahli Syurga

Setiap insan tentunya mendambakan kenikmatan yang paling tinggi dan abadi. Kenikmatan itu adalah Surga. Di dalamnya terdapat bejana-bejana dari emas dan perak, istana yang megah dengan dihiasi beragam permata, dan berbagai macam kenikmatan lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata, terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.

Dalam Al Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menggambarkan kenikmatan-kenikmatan Surga. Di antaranya Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman :

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak) yang lezat rasanya bagi peminumnya, dan sungai-sungai dari madu yang disaring dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka sama dengan orang yang kekal dalam neraka dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong-motong ususnya?”
(QS. Muhammad : 15)


“Dan orang-orang yang paling dahulu beriman, merekalah yang paling dulu (masuk Surga). Mereka itulah orang yang didekatkan (kepada Allah). Berada dalam Surga kenikmatan. Segolongan besar dari orang-orang yang terdahulu dan segolongan kecil dari orang-orang yang kemudian. Mereka berada di atas dipan yang bertahtakan emas dan permata seraya bertelekan di atasnya berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh anak-anak muda yang tetap muda dengan membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi minuman yang diambil dari air yang mengalir, mereka tidak pening karenanya dan tidak pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang mereka pilih dan daging burung dari apa yang mereka inginkan.”
(QS. Al Waqiah : 10-21)


Di samping mendapatkan kenikmatan-kenikmatan tersebut, orang-orang yang beriman kepada Allah Tabaraka wa Ta’ala kelak akan mendapatkan pendamping (istri) dari bidadari-bidadari Surga nan rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-ayat Al Qur’an yang mulia, di antaranya :

“Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-bidadari yang bermata jeli laksana mutiara yang tersimpan baik.”
(QS. Al Waqiah : 22-23)

“Dan di dalam Surga-Surga itu ada bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan pandangannya, tidak pernah disentuh oleh manusia sebelum mereka (penghuni-penghuni Surga yang menjadi suami mereka) dan tidak pula oleh jin.”
(QS. Ar Rahman : 56)

“Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan marjan.”
(QS. Ar Rahman : 58)

“Sesungguhnya Kami menciptakan mereka (bidadari-bidadari) dengan langsung dan Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan penuh cinta lagi sebaya umurnya.”
(QS. Al Waqiah : 35-37)

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam menggambarkan keutamaan-keutamaan wanita penduduk Surga dalam sabda beliau :

“ … seandainya salah seorang wanita penduduk Surga menengok penduduk bumi niscaya dia akan menyinari antara keduanya (penduduk Surga dan penduduk bumi) dan akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan setengah dari kerudung wanita Surga yang ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia dan isinya.”
(HR. Bukhari dari Anas bin Malik radliyallahu 'anhu)

Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam bersabda :

Sesungguhnya istri-istri penduduk Surga akan memanggil suami-suami mereka dengan suara yang merdu yang tidak pernah didengarkan oleh seorangpun. Di antara yang didendangkan oleh mereka : “Kami adalah wanita-wanita pilihan yang terbaik. Istri-istri kaum yang termulia. Mereka memandang dengan mata yang menyejukkan.” Dan mereka juga mendendangkan : “Kami adalah wanita-wanita yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah wanita-wanita yang aman, tidak akan takut. Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak akan pergi.”
(Shahih Al Jami’ nomor 1557)

Apakah Ciri-Ciri Wanita Surga

Apakah hanya orang-orang beriman dari kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja yang menjadi penduduk Surga? Bagaimana dengan istri-istri kaum Mukminin di dunia, wanita-wanita penduduk bumi?

Istri-istri kaum Mukminin yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan tetap menjadi pendamping suaminya kelak di Surga dan akan memperoleh kenikmatan yang sama dengan yang diperoleh penduduk Surga lainnya, tentunya sesuai dengan amalnya selama di dunia.

Tentunya setiap wanita Muslimah ingin menjadi ahli Surga. Pada hakikatnya wanita ahli Surga adalah wanita yang taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki. Di antara ciri-ciri wanita ahli Surga adalah :

1. Bertakwa.

2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk.( rukun iman)

3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadlan, dan naik haji bagi yang mampu..( rukun islam)

4. Ihsan, iaitu beribadah kepada Allah seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa Allah melihat dirinya.

5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah, mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir Allah serta mensyukuri segala kenikmatan yang diberikan kepadanya.

6. Gemar membaca Al Qur’an dan berusaha memahaminya, berdzikir mengingat Allah ketika sendiri atau bersama banyak orang dan berdoa kepada Allah semata.

7. Menghidupkan amar ma’ruf dan nahi mungkar pada keluarga dan masyarakat.

8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk, serta berbuat baik terhadap hewan ternak yang dia miliki.

9. Menyambung tali persaudaraan terhadap orang yang memutuskannya, memberi kepada orang, menahan pemberian kepada dirinya, dan memaafkan orang yang mendhaliminya.

10. Berinfak, baik ketika lapang maupun dalam keadaan sempit, menahan amarah dan memaafkan manusia.

11. Adil dalam segala perkara dan bersikap adil terhadap seluruh makhluk.

12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta, saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang lain (ghibah).

13. Menepati janji dan amanah yang diberikan kepadanya.

14. Berbakti kepada kedua orang tua.

15. Menyambung silaturahmi dengan karib kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.


Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Surga dari kitab Majmu’ Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-ciri wanita Ahli Surga seluruhnya masuk dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta’ala berfirman :

“ … dan barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam Surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai sedang mereka kekal di dalamnya dan itulah kemenangan yang besar.”
(QS. An Nisa’ : 13)

Wallahu A’lam Bis Shawab.

Dipetik dari sini

'Honeymoon' Sebelum Masanya

Segala puji hanya milik Allah, Tuhan sekalian alam. Maha Suci Allah yang menciptakan kami ummat manusia, yang punyai akal, punyai emosi juga nafsu.
Terima kasih Allah, dan ampunkanlah dosa-dosa kami Ya Allah, sungguh kami makhluk yang mudah benar lupa dan alpa.
Lalai dalam melaksanakan amanah dan suruhan. Mudah pula membuat kerosakan dan melanggar suruhan-Mu. Astaghfirullahalazim...

Dewasa ini, bagai cendawan tumbuh selepas hujan.
Hampir setiap hari kita dijamukan dengan berita yang menyedihkan, kes buang bayi. Bunuh bayi. Campak bayi. Bakar bayi. Tanam bayi. 'Flush' bayi dan macam-macam hal lagi yang tidak terfikir dek akal.
'Hebatnya' akal ciptaan Allah namun mengapa manusia sering menyalahgunakannya?
Mana perikemanusiaan?
Mana rasa takut dan gentar kepada hukuman-hukuman Tuhan?
Mana perasaan belas?
Allahurabbi.
Mungkin bukan perkara baru. Buang bayi sudah lama sinonim dengan masyarakat kita.
Namun apa yang kian menyedihkan adalah kerana kebelakangan ini, masalah keruntuhan moral ini kian merebak dan menular ke dalam masyarakat kita, ibarat barah yang tidak mampu dikawal, menyelinap dan melibatkan pelbagai lapisan umur. Menakutkan.
Banyak kes buang bayi melibatkan remaja bawah umur. Apatah lagi mengandung anak luar nikah. Astaghfirullahalazim. Apa sudah jadi. Apa nak jadi?

Mana salahnya, mana silapnya?

Adakah kerana silap kita sebagai masyarakat yang tidak cakna dan bersikap tidak ambil peduli? Merujuk kes kanak-kanak yang didera sampai mati.
Bukankah ibunya bersekedudukan dengan kekasihnya ketika suaminya dipenjara? Apakah masyarakat terutama ibu bapa kepada wanita tersebut tidak pernah ambil kisah?
Bersikap tidak peduli dan lepas tangan? Itu baru satu contoh, sedangkan disekeliling kita, banyak lagi kes-kes yang lebih kurang serupa.
Apa peranan kita sebagai masyarakat dalam usaha membanteras gejala masalah sosial yang makin memburuk?

Remaja (kanak-kanak) berusia semuda 13 tahun juga buang anak!

Bayangkan, adik-adik kita di rumah, anak-anak kita yang berbaju kurung bertudung putih ke sekolah, sopan dan manis sekali, tapi hakikatnya mereka terdedah dengan pelbagai kemungkinan.
Jangan terlalu yakin bahawa anak-anak dan adik-adik kita itu kekal selamanya bebas dari anasir-anasir jahat?
Jangan terlalu berpuas hati dan percaya kepada mereka bulat-bulat.
Kadangkala, perasaan ingin tahu, curiga dan syak wasangka itu perlu. Luangkan masa, siasat dengan siapa anak kita berkawan.
Periksa beg sekolah anak-anak. Jika ada handphone tengok senarai nama dalam telefon anak-anak.
Periksa apa ada dalam hanphone anak-anak. Selidik ada apa dalam bilik anak-anak.
Itu tanggungjawab ibu dan bapa, sebagai usaha mencegah sebarang kemungkinan buruk yang mungkin terjadi.
Tiada siapa yang tahu apa yang akan terjadi pada masa hadapan, oleh itu, langkah pencegahan perlu dilakukan dan setiap dari kita harus sentiasa berhati-hati.
Mungkin hari ini kita bertudung labuh, tidak pernah bergaul dengan lelaki apatah lagi berzina.
Tapi tahukah anda? Bukan perkara mustahil, malahan di IPTA juga kita sering 'dikejutkan' dengan kes gadis bertudung labuh ditangkap berkhalwat dengan teman lelaki. Na'uuzubillah.
Bukan niat saya ingin memburuk-burukkan mereka yang bertudung labuh, atau berkopiah (baik budi pekerti).
Namun apa yang saya ingin tekankan adalah, kita manusia mudah terpedaya dengan pujukan dan hasutan syaitan dan nafsu jahat. Jangan mudah berpuas hati dengan amalan yang kita ada.
Jangan terlalu yakin dengan 'tahap keimanan' kita. Paras keimanan kita sentiasa berubah-ubah, ada naik dan turun.
Mungkin hari ini kita terpelihara oleh-Nya dari sebarang kemungkaran tapi esok lusa siapa tahu?
Mungkin juga kita menjadi hamba nafsu dan syaitan. Na'uuzubillah.
Oleh yang demikian. Teruskanlah dan kekalkanlah. Sentiasa berhati-hati dan menjaga diri. Jangan biarkan diri terdedah apatah lagi terjebak dalam gejala zina.
Perbuatan haram yang dilarang oleh Allah pastinya bersebab.
Namun begitu, kita manusia sering merasa 'lazat' ketika memilih yang haram.

Mengapa dan kenapa terjadi begitu?

Apakah kerana ketika melakukan kemungkaran syaitan ikut sama?
Bergembira dan bersorak sorai?
Jadi dengan itulah kenikmatannya berganda-ganda?
Bahagiakah hati jika menjadi hamba dan sahabat syaitan?
Bahagiakah jiwa yang dicipta oleh Sang Pencipta dengan kenikmatan yang sementara itu?
Jangan dekati zina. Ibarat menagih dadah, sekali terkena menjadi gian dan ketagih. Mahu lagi dan lagi, sampai bila?
Sedangkan mati bila-bila masa saja akan datang berkunjung. Layakkah kita mencium haruman syurga apatah lagi menjadi penghuni syurga jika kita mati dalam kemungkaran?
Cukup kuatkah kita untuk diseksa dan diazab di neraka? Na'uuzubillah.
Bersyukur jika kita tidak pernah terjebak dengan zina. Dan seandainya kita sudah atau telah terlibat, segerakanlah bertaubat. Jangan bertangguh. Mohon ampun dan kemaafan dari-Nya.
Ramai orang (merujuk kepada thread-thread yang dibuka di iluvislam.com) risau dan runsing memikirkan masa depan, siapa yang sudi mengambil diri sebagai isteri.
Bagaimana penerimaan orang akibat daripada keterlanjurannya.
Dan ramai yang lupa, hidup di dunia cuma sementara. Akhirat jua yang kekal abadi.
Apalah sangat pandangan orang jika hendak dibandingkan dengan pandangan Allah? Bertaubatlah, mohon ampun dari Allah. Selebihnya, serahkan kepada Dia untuk tentukan jalan hidup kita.
Moga-moga ada sinar bahagia menanti di hadapan, tapi usah terlalu berharap.
Andai kebahagiaan selamanya tidak menjadi milik kita di dunia, berbaik sangka, mungkin Allah ingin terus menguji dan mungkin juga Allah sedang 'menyucikan' kita dari dosa-dosa silam.
Biarlah sengsara di dunia yang sementara, asalkan di negeri abadi kelak, syurga menjadi tempat kita mengutip bahagia.
Mari. Sebagai mereka yang cakna dan peduli tentang nasib ummah, masyarakat sekeliling kita.
Ayuh! Kita berganding bahu, membantu selagi termampu untuk memberi kesedaran kepada masyarakat tentang keburukan dan kewajipan untuk menjauhi dan mencegah zina.
Jauhilah perbuatan 'honeymoon' sebelum tiba masanya.
Ketahuilah, persetubuhan antara lelaki dan wanita juga merupakan antara nikmat yang dianugerahkan oleh Allah kepada hamba-hamba-Nya.
Namun janganlah kita kotorinya dengan memilih untuk berzina. Bersabar dan pelihara diri dan kemaluan.
Tunggu masa yang betul untuk melunaskannya. Yakni selepas nikah.
Jangan mengambil mudah soal dosa dan pahala kerana akibatnya buruk, hanya Allah yang lebih tahu.
Jangan beri peluang kepada syaitan untuk menggoda dan menghasut kita melakukan kemungkaran.
Sesungguhnya syaitan itu benar-benar licik dan berpengalaman dalam menyesatkan umat manusia. Marilah kita saling mengingatkan.
Moga Allah melindungi kita dan seluruh muslimin dan muslimat. Ingat mati. Ingat mati. Ingat mati.
Dunia hanya sementara. Mati itu pasti. Akhirat itu kekal abadi.

Sumber: Iluvislam.com

Friday, November 5, 2010

Lelaki Cari Calon Isteri bekerja Sahaja : Bolehkah?

Suami Isteri Kerja : Suatu Pandangan

Salam ya UZAR,

Saya bersetuju 100% dengan pendapat Uzar berkenaan isu wanita bekerja ini. Dan saya juga merupakan seorang wanita bekerjaya dan memiliki akademik yang membanggakan. Namun apa yang membimbangkan saya adalah keadaan yang memaksa wanita zaman sekarang untuk sama-sama 'turun padang' mencari rezeki demi keteguhan ekonomi keluarga.

Tambahan pula, saya (belum berkahwin) adalah daripada 6 org adik beradik yang kesemuanya adalah perempuan. Tanggungjawab untuk membantu ibu bapa yang sudah tua juga salah satu faktor yang 'memaksa' kami adik beradik untuk bekerja selain membalas jasa kedua orang tua kami.

Namun demikian, saya tidak nafikan saya ingin benar 'kembali kepada fitrah' ajaran islam yang suci yang mana menggalakkan wanita untuk duduk dirumah menguruskan perihal keluarga dan anak-anak bila tiba masanya kelak (berkahwin).

Hakikatnya, calon-calon suami zaman sekarang juga mengenakan syarat untuk mendapat calon-calon isteri yang bekerja bagi membantu mereka meningkatkan ekonomi keluarga dan ada juga yang beralasan pendapatan mereka tidak mencukupi untuk menampung keluarga pada zaman ini (walaupun ada yang berpendapatan >RM3000). Saya kesal sekali dengan keadaan ini dengan tiada sokongan dan peluang untuk saya 'kembali kepada fitrah' ajaran Allah.

Bagaimana pula pandangan UZAR dan rakan-rakan group?

kiriman : ~azlina~

Respond

salam,

Suami nusyuz, you are fired !Jika isteri bekerja dengan tujuan membantu ekonomi keluarga dan pada masa yang sama, suami juga bekerja, sudah tentu ia adalah harus selagi menjaga tatasusila Islam semasa di tempat kerja dan juga mampu melaksanakan kewajibannya sebagai ibu dan isteri.

Jika terdapat mana-mana bakal suami membuat syarat demikian, bagi saya ia masih boleh diterima jika : -

a) kedua-dua mereka mempunyai 'planning' sebaiknya maksud saya ia adalah bagi tempoh beberapa tahun awal selepas kahwin disebabkan kos hidup yang tinggi bagi pasangan berkahwin, dan pasangan masih muda.

b) bertujuan membantu suami atau keluarga di kampung yang benar-benar terdesak.

c) berbentuk 'temporary' sementara tiada anak sebagai persiapan ekonomi untuk beranak pinak dalam keadaan yang lebih selesa.

d) memberikan isteri pengalaman kerja di peringkat awal agar jika sesuatu berlaku kepada suami, isteri sudah berpengalaman, boleh dan mampu berdikari dengan lebih berkesan.

e) menamatkan perjanjian kerja dengan majikan atau kerajaan akibat perjanjian biasiswa dahulu.

Adapun, menjadikannya syarat seperti 'syarat yang paling utama' serta mengharapkan isteri untuk terus membantu selama-lamanya, bagi saya secara peribadi ia sedikit sebanyak mendedahkan kelemahan sang suami. Saya yakin mesti ramai suami dan sebahagian isteri yang tidak berpuas hati dengan kenyataan seperti ini, terpulang.

Cuma fikir semula sebelum bantah secara total. Bagi saya apapun hakikat dan realiti di hadapan anda, menyuruh atau mengharap isteri bekerja dan pada masa yang sama mengharap isteri :

*
01) didik anak dengan hebat dan berkesan
*
02) layan suami dengan baik,
*
03) senyum melebar setiap kali bertemu suami yang 'penat' bila balik,
*
04) tempat suami mengadu masalah dan dapatkan sokongan,
*
05) memberikan buah fikiran yang baik kepada suami yang buntu di tempat kerja
*
06) untuk in-charge untuk menjaga berak kencing anak,
*
07) basuh baju,
*
08) gosok baju,
*
09) sidai dan angkat baju,
*
10) urut badan suami,
*
11) masak sedap,
*
12) basuh pinggan,
*
13) sapu dan buang sampah,
*
14) kemas rumah,
*
15) cuci tandas,
*
16) tangani karenah anak dengan baik
*
17) ajar anak ngaji
*
18) tak membebel,
*
19) tak mahu dengar anak menangis dan harap isteri berperanan,
*
20) tak muncung dan lain-lain

Menuntut perkara di atas dan pada masa yang sama menyuruh isteri kerja adalah bertentangan dengan fitrah yang ditentukan oleh Allah kepada wanita. Adalah tidak adil sama sekali bagi seorang suami 'demand' hal sedemikian untuk disempurnakan oleh isteri dalam masa yang sama diharapkan income isteri untuk pembiayaan rumah dan kereta dan barang dapur.

Jika suami ingin isteri membantu ekonomi (yang sepatutnya tanggungjawab utama sang suami), maka sebahagian senarai kerja di atas patut di ambil alih oleh suami sebagai timbal balik kepada jasa isteri itu. Jika tidak mahu, mereka perlu mengambil pembantu rumah yang boleh diharap 'cover' sebahagian kerja-kerja teknikal tadi.

Kesimpulannya, suami yang bekerja perlu berilmu cara mengawal rumah tangga dan anak-anak akibat isteri bekerja. Sebarang kekurangan dalam rumah tangga akibat kedua-duanya bekerja adalah di bawah tanggungjawab suami. Jangan salahkan isteri yang bekerja sebagai gagal melaksanakan tangunggjawab di rumah, kerana suami yang 'beri' dan 'minta' isterinya bekerja from the very begining atas sebab-sebab yang disebutkan di atas.

Justeru, bagi saya suami kena kontrol jenis kerja isteri, tempoh masa, suasana sekeliling isteri, jika kecemasan bagaimana, keletihan isteri yang bekerja ini setakat mana, apakah perkaar yang terpaksa dikorbankan disebabkan kerja isteri dan lain-lain.

Tatkala itu, suami perlu cari apakah jalan penyelesaiannya terbaik. Panjang ceritanya ini , ringkasannya, suami must be a good planner, manager and he is just like a CEO.

Akhirnya ; saudari menyebut , isteri terpaksa 'turun padang' demi keteguhan ekonomi rumah tangga. Soalan saya, mana yang lebih penting "keteguhan ekonomi" atau "keteguhan hubungan rumahtangga" ?

Ada orang, rumah dah ada cuma kecil sedikit..cuma nak di tambah 'teguh'kan dengan membeli yang lebih beasr, kerana itu perlukan isteri bekerja??? kereta dah mampu beli VIVA, cuma untuk 'keteguhan ekonomi' iaitu beli Camry, isteri bekerja. Apakah tanda aras keteguhan ekonomi?. Sampai bila mampu tercapai? akhirnya kebahagian rumahtangga tergadai dan bercerai kerana asyik mencari 'keteguhan ekonomi'. Wallahu'alam.

Sekian,
Dipetik dari, Zaharuddin Abd Rahman