Santapan Rohani


Random Hadith Widget

Monday, August 31, 2009

Kurma Keajaiban dan Manfaatnya Untuk Buka Puasa

Tidak salah lagi, kurma sudah pasti jadi makanan favorit khas Ramadhan. Sebagai makanan pembuka, kurma memang berada di urutan paling atas yang dianjurkan oleh Rasulullah saw. Tapi kita mungkin belum begitu mengetahui ada apa di balik buah kurma itu sebenarnya. Manfaat apa saja yang ada dalam buah kurma sehingga Rasul yang menganjurkan kurma sebagai salah satu menu buka puasa kita?

Sejarah kurma

Kurma berasal dari jazirah Arab (Timur Tengah), dan nama latinnya adalah Phoenix dactilyfera. Dinamakan begitu konon karena memang ada hubungannya dengan burung Phoenix yang bisa bereinkarnasi setiap kali ingin mati—Ini kepercayaan orang Mesir dan Yunani kuno.

Beberapa tahun ini, beberapa peneliti Israel mulai melirik untuk membudidayakan pohon kurma (seperti dilansir LiveScience.com). Israel menanam biji kurma yang usianya sampai 2000 tahun. Sampai sekarang, nih pohon baru setinggi 30 cm. Rencananya sih mereka bakal meneliti DNA pohon itu biar tahu bisa tidak pohon zaman purba memberikan manfaat buat kehidupan modern.

Manfaat kurma

Banyak manfaat kurma yang baru terkuak di zaman ini, khususnya buat kesehatan. Dari Salman ibn ‘Aamir, sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda, “Jika salah seorang di antara kalian akan berbuka puasa, maka berbukalah dengan kurma sebab kurma itu berkah, kalau tidak ada, maka dengan air karena air itu bersih dan suci.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)

Kenapa mesti kurma? Jika kita berbuka puasa, organ pencernaan kita (khususnya lambung) butuh sesuatu yang lembut biar bisa bekerja lagi dengan baik. Jadi makanannya harus yang mudah dicerna dan juga mengandung gula dan air dalam satu makanan. Tidak ada makanan yang mengandung gula dan air yang lebih baik daripada yang disebutkan oleh hadits Rasul. Nutrisi makanan yang paling cepat bisa dicerna dan sampai ke darah itu adalah zat gula, terlebih makanan yang mengandung satu atawa dua zat gula (kalau tidak glukosa, ya sukrosa).

Nah, untuk hal ini kurma adalah makanan yang paling baik. Kurma mengandung zat gula yang tinggi yaitu antara 75-87% dan glukosanya sebanyak 55%, fructose (fraktosa) 45% lebih tinggi dari jumlah protein, minyak dan beberapa vitamin (seperti vitamin A, B2, B12), dan sejumlah zat penting laen kayak kalsium, phosphor, potassium, sulfur, sodium, magnesium, cobalt, seng (zinc), florin, nuhas (tembaga), salyolosa, dan sebagainya. Fraktosa bakal diubah jadi glukosa dengan cepat dan langsung diserap oleh organ pencernaan, lantas dikirim ke seluruh tubuh, khususnya ke organ-organ inti seperti otak, syaraf, sel darah merah, dan sel pembersih tulang.

Seperti yang kita ketahui, di ujung puasa kita setiap harinya, glukosa dan insulin dalam darah yang datang ke katup hati akan bergetar. Artinya proses buka puasa kita bakal meminimalisir pemakaian glukosa yang diambil dari organ hati dan sel-sel ujung (seperti otot-otot en sel syaraf) jadi sesuatu yang bisa menghilangkan setiap zat yang terkandung dalam gelokogen hati. Saat-saat seperti ini, organ-organ sangat bergantung untuk mendapatkan energi dari CO2 (karbondioksida) kimiawi dan oksida glukosa yang terbentuk dalam hati dari asam amino dan gleserol.

Jadi, melentur dan memanjangnya organ penyerap makanan jadi sangat berarti. Maksudnya, penyerapan glukosa yang cepat di dalam katup pembuluh darah vena di hati akan masuk ke dalam organ hati untuk pertama kalinya, kemudian masuk ke sel otak, organ pencernaan, otot-otot, dan seluruh jaringan tubuh yang laen. Makanya, zat gula itu makanan terbaik buat tubuh karena bisa menghentikan oksidasi karbon kimiawi, memangkas zat-zat berbahaya dalam tubuh, dan bisa meminimalisir lemahnya serta gemetarnya organ pencernaan. Cukup rumit ya?

Dr. Hissam Syamsi Basya dalam tulisannya menjelaskan berdasarkan penelitian biokimia, satu kurma yang kita makan itu mengandung air 20-24%, gula 70-75%, 2-3% protein, 8,5% serat, dab sedikit sekali kandungan lemak jenuhnya (lecithine). Lain lagi dengan kurma mengkel (atau Ruthab) yang mengandung 65-70% air, 24-58% zatgula, 1,2-2% protein, 2,5% serat, dan sedikit mengandung lemak jenuh. Dr. Ahmad Abdul Ra’ouf en Dr. Ali Ahmad Syahhat pernah melakukan penelitian kimiawi dan fisiologi terhadap kurma, hasilnya? Menakjubkan! Coba lihat:

1. Jika kita buka puasa dengan kurma ruthab atawa tamar, persentase kandungan zat gula kita akan naik, artinya bisa membantu mengilangkan penyakit anemia (kurang darah). Oya, ruthab itu artinya kurma yang mengkel, yang masih segar, dan juga matang di pohon. Nah, kalo tamar itu kurma matang kering yang banyak terdapat di Indonesia (misalnya yang banyak dijual di Pasar Tanah Abang, Jakarta).

2. Waktu lambung kosong karena tidak makan seharian, pas buka, lambung, akan lebih gampang mencerna dan menyerap makanan kecil yang mengandung gula, malah lebih cepat dan maksimal lagi.

3. Kandungan zat gula dalam ruthab dan tamar (tentunya dalam bentuk kimia sederhana) menjadikan proses pencernaan di lambung jadi sangat mudah, soalnya 2/3 zat gula yang ada dalam tamar dan ruthab bisa meningkatkan kadar gula dalam darah dalam waktu yang singkat.

4. Selain itu, kita juga tidak perlu minum banyak-banyak lagi sewaktu buka jika kita makan ruthab atau tamar, karena sudah mengandung air 65-70%?! Tetapi sangat tidak dilarang untuk minum pun.


Subhanallah. Tidak heran jika Rasulullah menganjurkan kurma sebagai salah satu makanan pembuka puasa kita yang utama.

Dipetik dari sini

Betapa Agung Syariat Allah Haram Babi

Memang terkejut melihat dalam Youtube mengenai satu ujian yang sangat mudah iaitu dengan mengambil dua potongan daging babi dan diletakkan dalam bekas besi, kemudian dicurahkan air minuman berkarbonat ke atas daging babi itu.

Selepas dibiarkan dua jam, kelihatan begitu banyak sekali ulat kecil merayap keluar dari daging babi itu.

Terkejut sangat tengok itu kerana dua perkara; pertama dahsyatnya dan jijiknya daging itu. Kedua, bangga menjadi Muslim betapa agungnya syariat Allah yang mengharamkan makan daging babi dan betapa al-Quran memang kitab petunjuk dari langit dan segala terkandung di dalamnya yang berbentuk suruhan wajib ikut dan terlarang mesti dihindari.

Kalau nak tengok dengan jelas lagi cuba semak ayat al-Quran iaitu pada surah al-Maaidah, ayat 3 yang bermaksud: "Diharamkan bagimu memakan bangkai, darah, daging babi dan daging haiwan yang disembelih bukan atas nama Allah..."

Semak lagi surah al-Ana'am ayat 145, yang bermaksud: "Katakanlah tidak ku dapati di dalam apa yang diwahyukan kepadaku sesuatu yang diharamkan memakannya bagi yang ingin memakannya kecuali daging haiwan yang mati (bangkai), darah yang mengalir, daging babi."

Pengharaman babi dalam al-Quran sepatutnya dikaitkan dengan wabak dahsyat yang sedang melanda dunia, termasuk negara kita Malaysia iaitu H1N1 yang sudah meragut berpuluh nyawa.

Subhanallah, Maha Suci Allah yang mengetahui keburukan apa yang dicipta-Nya.

Jika Allah kata tak boleh, rupanya sangat bahaya sama ada pada daging babi itu ataupun akibat daripada jangkitan babi itu sendiri.

Hasil kajian barat, babi membawa virus dan sejenis kuman yang tidak mati 'duduk' di dalam genetik babi yang boleh membawa 70 jenis penyakit.

Dalam menghadapi situasi ini kita bertanya mana kehebatan negara kuasa besar dunia yang tersohor dengan kecanggihan teknolgi dan peralatannya serta kalangan saintis?

Mereka sedang mengkaji, tetapi jangan lupa kemarahan Allah terhadap mereka yang melupai peringatan-Nya.

Amat menakutkan akibat dari babi ini, H1N1 berjangkit tanpa henti dengan begitu pantas, hanya bermediumkan udara yang boleh disedut di mana-mana - di pusat beli-belah, tempat letak kereta, kedai kopi, stadium dan perhimpunan.

Ia tidak begitu terasa, tetapi sedar tak sedar, ia bergerak begitu pantas. Anda juga tidak berasa takut dan gerun selagi tiada orang terdekat anda yang terkena, sekurang-kurangnya kena kuarantin.

Kedahsyatan penyakit H1N1 yang kita sedang hadapi ini baru sebahagian kecil serangan bahaya babi yang Allah kata.

Bahaya ini tak masuk lagi pengharaman lain yang lama dilaknat Allah, tetapi masih berleluasa dalam masyarakat kita dilakukan bukan sahaja secara sembunyi lagi, sebaliknya sudah berbangga sambil menunjuk-nunjuk seperti persundalan.

Yang paling menakutkan kita masih 'pekak' dengan kemurkaan Allah.

Biasanya apabila dah reda sedikit sesuatu wabak atau bala kita akan lupa semula Allah. Lupa apa yang Allah larang, balik asal buat ingkar.

Apabila kena bala baru semua sepakat berdoa Allah, mula rajin solat tetapi apabila sudah sihat lupa lagi Allah. Begitulah kedegilan sebahagian kita.

"Yakinlah bahawa Islam adalah agama Allah yang benar, memenuhi keperluan fitrah setiap manusia. Oleh itu, pengharaman Islam terhadap babi, arak, zina, rasuah, judi dan sebagainya adalah untuk menjaga maslahah nyawa dan kehidupan manusia seluruhnya.

"Manusia tidak boleh halang dan sekat udara yang bertebaran. Begitu cepat ia merebak. Jangan lupa gunakan kuasa doa sama ada doa biasa ataupun doa dengan qunut 'naazilah'".

Manusia yang ada di sekeliling kita mahupun udara yang ada, semua dengan izin Allah semata-mata.

harian metro


Kita tengok pula video dari You Tube yang ana petik ni..






Sunday, August 30, 2009

Luahan Rasa : Kenanganku Di PLKN

Pada 30 Disember 2007 hingga 11 Mac 2008 bertempat di Kem Sembrong, Ayer Hitam Batu Pahat merupakan tarikh bersejarah buat ana (bersejarah ke?). Sepanjang tempoh tersebut ana bergelar wira di PLKN. Betapa hebatnya gelaran tu..

Di depan pintu masuk kem

Di depan bilik. dengan no siri ana L2K1

Gaya seorang wira..

Upacara Tamat Latihan.

Wira Alpha

Wirawati Alpha

Rutin Isnin-Jumaat. Bosannya dulu, tapi itulah kenangan yang takkan dilupa

Sewaktu Program Khidmat Komuniti

Ana juga telah diberi amanah untuk membuat bendera bagi Pasukan Futsal Kem Sembrong. Pasukan Kem Sembrong telah mendapat tempat ke-2 bagi perlawanan peringkat negeri Johor. (botaknya masa ni, hu3.. memang sengaja ana botakkan)


Pertandingan memancing antara kompeni.

Bersama rakan-rakan..

Cikgu Omar

Waktu jadi MC untuk hari penutup, bersama pasangan Boon Xiau Chin...


Ni pelatih ke jurulatih nih..?

Wajah-wajah sedih sewaktu penyerahan bendera kompeni.
Maaf ye Mira, Nana, Maeba dan semua yang terlibat dalam gambar di atas ni. Jgn marah tau...

Waktu nak berangkat pulang. Hari terakhir berada di kem..


Dan akhirnya dapat mami dan abah angkat kat sini.
Mami Jaja dan suami, Abah John (Johnaidi)..

Sijil..


Semoga kenangan yang terbina akan kekal buat selamanya..

Banyak lagi sebenarnya gambar yang ana nak letak, tapi takkanlah ana nak letak semua kan.....
Rakan-rakan seperjuangan, ana minta maaf kalau ada perbuatan atau tutur kata yang menyinggung perasaan. Biasalah, sebagai manusia takkan terlepas dari melakukan semua tu..

Thursday, August 13, 2009

Poligami Rasulullah Bukan Ayat-ayat Cinta

Berdasarkan buku Bahagiakan Dirimu Dengan Satu Istri oleh Ustaz Cahyadi Takariawan:-
  • Rasulullah berpoligami setelah baginda berumur 53 tahun.
  • Rasulullah bermonogami selama 25 tahun dan berpoligami selama 10 tahun.
  • Rasulullah sentiasa terkenang-kenangkan zaman monogaminya dengan Khadijah sehingga Aisyah cemburu walaupun Khadijah telah lama wafat.
  • Rasulullah pernah membatalkan pertunangan menantunya Saidina Ali (suami Fatimah) dengan puteri Abu Jahal. Kata Baginda,

“Meragukan aku apa yg meragukan Fatimah dan menyakitiku apa yang menyakiti Fatimah.” (HR. Bukhari dan Muslim).

  • Anas menceritakan bahawa Aisyah dan Zainab bertengkar sehingga bersuara keras, padahal sudah terdengar azan solat. Abu Bakar lewat dan terdengar suara pertengkaran mereka maka dia berkata, “Keluarlah wahai Rasulullah, dan taburkan tanah ke dalam mulut mereka”. Nabi SAW keluar dan Aisyah berkata, “Sekarang Nabi sedang menunaikan solat.” Abu Bakar datang dan melakukan sesuatu terhadap Aisyah seraya mengecam dengan keras, “Apakah pantas kamu melakukan ini?” (HR. Muslim).
  • Daripada buku Aisyah Keunggulan Sebenar: Kisah di atas diriwayatkan oleh Muslim. Pada suatu malam, Zainab datang ke rumah Aisyah. Pada masa itu, rumah-rumah belum diterangi lampu. Kemudian nabi masuklalu menghulurkan tangannya kepada Zainab tanpa sengaja. Aisyah terus berkata, “Itu Zainab”. Nabi segera menarik tangannya. Aisyah dan Zainab bertengkar dengan nada yang tinggi. Pada masa itu azan juga berkumandang. Abu Bakar yang sedang menuju ke masjid terdengar pertengkaran Aisyah dan Zainab. Abu bakar pun berkata, “Wahai pesuruh Allah, marilah kita ke masjid, lemparkan pasir ke mulut isteri-isterimu.” Nabi Muhammad pun keluar bersembahyang, Aisyah dengan cemas berkata, “selepas pesuruh Allah bersembahyang, mesti Abu bakar akan datang memarahiku.” Selesai sembahyang, Abu bakar benar-benar datang lalu memarahi Aisyah dengan keras, ‘Mengapa anakanda melakukan hal itu kepada pesuruh Allah?”
  • Kisah yang lain di apabila Aisyah cemburukan madunya Zainab binti Jahsi, bahawa Aisyah berkata, “Beliau (Rasulullah) berada di sana melebihi waktu saya maka saya cemburu.” Aisyah kemudiannya berunding dengan Hafshah bahawa siapa saja isteri Nabi yang didatangi baginda, beliau harus mengatakan, “Sesungguhnya aku mencium bau maghafir (getah manis yg baunya tidak enak) padamu, apakah engkau habis minum maghafir?” Maka setiap isteri baginda berjumpa baginda, mereka akan bertanyakan soalan yang sama. Nabi berkata, “Tidak apa-apa, saya tadi minum madu di rumah Zainab dan saya tidak akan mengulanginya lagi.” Maka turunlah ayat Allah: (At-Tahrim: 1-4)

Hai Nabi, mengapa kamu mengharamkan apa yg Allah halalkan bagimu: kamu mencari kesenangan hati isteri-isterimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Sesungguhnya Allah telah mewajibkan kepadamu sekalian membebaskan diri dari sumpahmu dan Allah adalah Pelindungmu dan Dia Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.
Dan ingatlah ketika Nabi membicarakan secara rahsia kepada salah seorang isterinya (Hafshah) secara peristiwa. Maka tatkala (Hafshah) menceritakan peristiwa itu (kepada Aisyah) dan Aisyah memberitahu hal itu (perbicaraan Hafshah dan Aisyah) kepada Muhammad lalu Muhammad memberitahu sebahagian (yang diberitakan Allah kepadanya) dan menyembunyikan sebahagian yg lain (daripada Hafshah).
Maka tatkala (Muhammad) memberitahukan perbicaraan (antara Hafshah dan Aisyah) lalu (Hafshah) bertanya, “Siapakah yang telah memberitahukan hal ini kepadamu?” Nabi menjawab, “Telah diberitahukan kepadaku oleh Allah yg Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”.
Jika kamu berdua (Aisyah dan Hafshah) bertaubat kepada Allah maka sesungguhnya hati kamu berdua telah condong (utk menerima kebaikan), dan jika kamu berdua bantu-membantu menyusahkan Nabi, maka sesungguhnya Allah adalah Pelindungnya dan (begitu pula) Jibril dan orang-orang mukmin yang baik, dan selain itu malaikat-malaikat adalah penolongnya pula.

  • Kisah Nabi Ibrahim iaitu kebencian Sarah terhadap Hajar sehinggakan Nabi Ibrahim terpaksa membawa lari dan meninggalkan Hajar di kawasan yang terpencil, jauh dari Sarah. Ibnu Abbas menceritakan, “Perempuan yg mula-mula mengenakan minthaq (pengikat pinggang) adalah Ummu Ismail (Hajar). Ia memakai minthaq untuk menghilangkan jejaknya terhadap Sarah.” (HR. Bukhari)

KESIMPULANNYA:

  • Rasulullah berpoligami bukan untuk tujuan cinta atau seks dan nafsu. Baginda berpoligami setelah berumur 53 tahun dan semua isteri Baginda merupakan janda dan balu kecuali Aisyah. (Ada juga ulama mengatakan Maryam, seorang wanita mesir juga salah seorang isteri Nabi. Beliau seorang perawan dan melahirkan seorang anak, namun anak Nabi tersebut meninggal ketika bayi).
  • Anak-anak Rasulullah dibesarkan dalam suasana monogami. Ini satu fakta yang majoriti kita terlepas pandang akan hikmah dan rahsianya. Hanya Fatimah sahaja yg masih hidup sehingga waktu Rasulullah berpoligami. Itupun Fatimah sebenarnya seusia dgn Aisyah (sudah dewasa) ketika itu.
  • Kisah di atas menunjukkan para Ummul Mukminin juga wanita biasa yg mempunyai perasaan yang fitrahnya ada sifat cemburu. Allah sama sekali tidak memadamkan sifat sebenar mereka daripada al-Quran utk kita ambil iktibar. Jika para Ummul Mukminin yang mulia mempunyai sifat sedemikian, bagaimana pula kita? Adakah kita mampu elakkan semua sifat-sifat wanita fitrah kita?
  • Begitu juga tatkala Rasulullah pada asalnya cuba memujuk isteri baginda masa bila baginda berjanji untuk tidak akan ke rumah Zainab lagi, tetapi telah ditegur dan dinasihati oleh Allah SWT. Bayangkan Rasulullah sendiri membuat kesilapan tetapi mempunyai Allah dan para malaikat untuk memberi petunjuk secara terus dan telus. Siapa pula yang mampu menegur kita?
  • Rasulullah juga mencegah poligami tatkala Fatimah bersedih setelah mengetahui beliau akan dimadukan (tidak kena sebab berpoligami-mengundang kesedihan Fatimah). Maka, sudah tentu Rasulullah tidak redha dengan mana-mana poligami yang salah atau tidak kena tujuannya. Kesedihan isteri pertama untuk dimadukan tidak boleh diperkecil-kecilkan.
  • Disebut di dalam Quran, poligami Rasulullah di 10 tahun pemerintahan baginda yang penuh dengan peperangan dan penjajahan kawasan di mana pada zaman ini ramai janda dan balu. Tetapi, di dalam al-Quran dan Hadis tidak ada secara literal menyarankan atau menggalakkan poligami hanya disebabkan jumlah wanita ramai secara umum.

Marilah kita berfikir sejenak…

Dipetik dari sini.

Luahan Rasa : Bolehkah Wanita Menerima Jika Ditegur Tentang Aurat?

...يبسم الله الر حمن الر حىم

Tentang aurat lagi nampaknya pos yang ana hantar ni. Sebelum ni ana ada menghantar pos yang bertajuk "Luahan Rasa : Kesalahan Kerap Wanita Berkenaan Aurat". Ana sebenarnya bukanlah lelaki yang sempurna, bukan juga lelaki yang terlalu baik, tetapi tak salah rasanya ana berbicara tentang agama Islam ini.

Hari ni ana ada terima komen yang dihantar oleh seorang hamba allah yang mengatakan kenapa ana tak tegur wanita disekeliling ana yang tidak menjaga aurat? Jadi ana nak ucapkan terima kasih kepada hamba allah ini. Jangan risau kerana ana tidak kecil hati pun.

Untuk pengetahuan, sebenarnya sejak sekolah lagi dah banyak kali ana menegur sahabat-sahabat dan kawan-kawan ana dari kaum hawa tentang pentingnya menjaga aurat. Tetapi seperti ana katakan tadi, ana bukanlah lelaki yang sempurna untuk menegur mereka. Di kelas juga ana bukanlah seorang yang banyak bercakap. Kadang-kadang adik ana sendiri pun ana masih gagal membentuk walaupun sudah banyak kali ana tgur.

Begitu juga dengan rakan-rakan sewaktu ana bersekolah dahulu. Bukan ana tak pernah tgur tetapi bila ana tegur mereka banyak jawapan yang ana dengar:

-Ada yang kata "Tak naklah jadi hipokrit. Dah biasa macam ni. Biarlah."
-Ada pula yang kata "Aku bukannya sekolah agama nak jaga benda-benda ni",
-"Dah biasalah macam ni"..
-" Suka hatilah!!, sibuk kenapa??"
-Pernah sewaktu dalam kelas, ana duduk depan dan yang wanita duduk belakang, bila ana terpandang belakang nampaklah yang mereka ni tak menjaga aurat, ana pun tegurlah dan mereka kata "Yang pndang belakang ni buat ap! Sibuk je nak pandang belakang".
Sedangkan waktu tu dalam kelas, salah ana ke yang terpandang belakang dan tegur mereka?
-Ada yang pakai baju lengan pendek ana tegur, lepas je ana tegur tu makin dia naikkan lengan baju dia tu sampai nampak 'dlm' baju 2.
Ada juga ana cakap dengan nada gurau "Ei, aurat" (sambil ana tunjuk kat lengan dia). Lalu dia menjawab, " Ai, lawak kasar ni!"
Pernah juga bila keluar ramai-ramai sengaja ana pakai baju lengan panjang. Jadi bila ana nak tegur ana akan naikkan sebelah lengan baju dan sebelah lagi ana biarkan. Jadi ana akan tanya kepada sahabat wanita "Apa beza antara dua lengan ana ni?" Jadi ana akan jawab sebelah ni cara untuk perempuan tutup aurat dan sebelah lagi untuk lelaki.

Subhanallah..
Mungkin kerana ini, debat seperti pos ana yang bertajuk Luahan Rasa : Kelas Tutorial (Pengguguran) menjadi hangat.

Adakah kerana keegoan mereka menerima teguran, lantas tidak takutkan hukuman allah? Adakah mereka ini ingin menjadi ahli neraka yang tidak akan mencium bau syurga?

Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Rasulullah s.a.w. bersabda:

"Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya itu: (l) Kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (penguasa yang kejam); (2) Perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, yang cenderung kepada perbuatan maksiat dan mencenderungkan orang lain kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka ini tidak akan boleh masuk syurga, serta tidak dapat akan mencium bau syurga, padahal bau syurga itu tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian." (Riwayat Muslim)

Tapi ada juga sesetengah kawan ana kat sekolah bila jmpa@ nampak ana pada jauh diorang tau dah ana nak cakap apa, jadi cepat-cepat mereka tutup aurat mereka. Tapi mereka ni tutup bila nampak ana je. Hmm, takpelah. Belajar sikit-sikit, dari yang tak tahu menjaga aurat tu kan lagi susah.

Tetapi alhamdulillah, bukan semua yang tak boleh menerima teguran. Ada juga yang mampu menerima. Tahniah ana ucapkan kepada mereka. Ana sendiri pernah ditegur tentang kesilapan yang ana pernah lakukan dan kepada sahabat-sahabat yang nampak kesalahan dan kesilapan ana, tegurlah ana sebagai sahabat. Insyaallah ana akan cuba terima dengan seikhlas hati. Ana pernah mendengar sabda Rasullullah saw, "Sampaikanlah perkara yang baik itu meskipun kamu tidak mampu mengamalkan sepenuhnya". Kita dituntut untuk mencegah amar makruf nahi mungkar. Memang mudah untuk kita melakukan amalan tetapi bukan semua mampu mencegah kemungkaran.

Jadi kepada setiap umat Islam, kita wajib memperingati sahabat-sahabat yang lain jika mereka semakin longlai dan lemah dalam menggerakkan dakwah Islamiah. Peringatan yang berupa nasihat mestilah disebarkan kepada semua umat Islam supaya kesedaran dalam merungkai segala permasalahan dapat dilakukan bersama-sama secara berkesan. Janganlah dibandingkan kaum adam dan hawa. Tidak dinafikan kaum adam juga bukanlah semuanya baik, tetapi sebagai peringatan, yang penting jagalah diri masing-masing.

Muslimat di luar sana,
Sudikah anda jika ditegur tentang aurat anda?
Sudikah anda ditegur tentang dosa yang sangat diperjuangkan syaitan ini?
Bersamalah anda muhasabah diri....
Bersamalah kita koreksi diri....



"Aurat Terjaga, Maruah Terpelihara"

Tuesday, August 11, 2009

Bagaimana Bercinta Cara Islam?

Islam adalah agama yang syumul. Sebuah agama yang lengkap. Islam tidak mungkin menyekat fitrah manusia yang sememangnya ingin menyayangi dan ingin disayangi. Untuk apa Allah menciptakan manusia berfitrah seperti sedia ada jika manusia akan diperintahkan untuk membunuh fitrahnya itu? Ajaran Islam telah diturunkan oleh Allah untuk memasang bingkai agar kemahuan manusia itu dapat disalurkan dengan cara yang terbaik. Selain itu, Islam menutup rapat jalan kemaksiatan dan membuka seluas-luasnya jalan menuju ketaatan serta memberi dorongan kuat ke arah perlaksanaanya. Rasulullah s.a.w. pernah mengecam salah seorang sahabat yang bertekad untuk tidak bernikah. Ini merupakan salah satu bukti bahawa Islam mengakui fitrah manusia yang ingin mengasihi dan dikasihi atau mencintai dan dicintai.


Percintaan dalam Islam hanyalah selepas termetrainya sebuah ikatan pernikahan antara dua insan, iaitu setelah bergelar suami isteri. Islam telah menggariskan panduan dalam menuju ke arah gerbang perkahwinan ini. Ustaz Hassan Din telah memberikan pendapatnya mengenai hal ini dalam Al-Kulliyah di TV3 pada 28 Julai 2006, iaitu pada hari Jumaat. Tajuk perbincangan Al-Kulliyah ketika itu agak menarik ; iaitu "Jodoh".

Masyarakat Sudah Lari

Apabila diminta memberikan pendapat beliau, beliau telah mengatakan bahawa cara masyarakat sekarang mengendalikan perihal jodoh telah lari daripada syariat yang sepatutnya.

"Sebenarnya dalam Islam, apabila seseorang lelaki itu telah berkenan dengan seorang wanita dan ingin menjadikan teman hidupnya, sepatutnya lelaki itu berjumpa dengan wali si perempuan tadi untuk menyatakan niatnya untuk masuk meminang. Tetapi masyarakat sekarang silap. Mereka terus berjumpa dengan empunya diri dan terus menyatakan hasrat hatinya. Kemudian mereka bercinta, berjanji, bersumpah setia dan segala-galanya. Sedangkan ibubapa mereka langsung tidak tahu akan hubungan mereka itu. Setelah sekian lama bercinta, apabila ingin melangsungkan perkahwinan, mak dan ayah tidak bersetuju dengan mengeluarkan pelbagai alasan,” terang beliau.


Konsep Meminang

Beliau juga menerangkan konsep peminangan ini. Kata beliau, “Ibu bapa mungkin sudah ada pilihan mereka sendiri. Oleh itu, dengan menyatakan niat kepada ibubapa, mereka akan berjumpa sendiri dengan wali perempuan tadi untuk mengenali keluarga dan calon menantu mereka dengan lebih jelas. Setelah kedua-dua pihak bersetuju, barulah dijalankan upacara peminangan, iaitu kedua-dua insan tadi telah menjadi tunang. Apabila sudah menjadi tunangan orang, adalah HARAM perempaun itu dipinang oleh lelaki lain, seperti yang telah dijelaskan oleh Rasulullah s.a.w. dalam hadis baginda. Dalam masa pertunangan inilah kedua-dua pihak lelaki dan perempuan tadi akan saling mengenali antara satu-sama lain, bagi memastikan adakah ini merupakan pasangan hidupnya yang sebenar. Jika kedua-duanya sudah bersetuju, barulah pernikahan dilangsungkan,” jelas beliau lagi.

"Dalam masa pertunangan inilah kedua-dua pihak lelaki dan perempuan tadi akan saling mengenali antara satu-sama lain, bagi memastikan adakah ini merupakan pasangan hidupnya yang sebenar. Jika kedua-duanya sudah bersetuju, barulah pernikahan dilangsungkan."



Namun begitu, Ustaz Hassan Din menegaskan bahawa bertunang bukan merupakan lesen yang membenarkan kedua-dua pasangan bermesra-mesra seperti suami isteri. Bertunang hanyalah untuk saling mengenali antara satu sama lain dan bukannya untuk bercinta. Pasangan yang telah bertunang tetap tidak boleh keluar berdua-duaan tanpa ditemani oleh ahli keluarga. Selagi belum bernikah, mereka tetap dua insan yang bukan mahram dan masih perlu manjaga batasan-batasan Islam seperti yang telah dibincangkan sebelum ini. Dan jika dalam tempoh pertunangan itu didapati kedua-dua pasangan ini tidak secocok atau tidak serasi, maka pertunangan bolehlah diputuskan secara baik melalui persetujuan kedua-dua belah pihak.

Dan jika dalam tempoh pertunangan itu didapati kedua-dua pasangan ini tidak secocok atau tidak serasi, maka pertunangan bolehlah diputuskan secara baik melalui persetujuan kedua-dua belah pihak.


Perigi Cari Timba

Ada pula yang berkata, “Cara ini untuk lelaki bolehlah. Untuk perempuan, tak sesuai. Nanti orang kata, ‘macam perigi mencari timba’, ‘wanita tidak bermaruah’ dan macam-macam lagi.” Sabar dahulu saudari.

Sebenarnya ini merupakan pemikiran songsang yang telah diterapkan dalam masyarakat Melayu kita. Sebetulnya kita berbalik kepada Islam itu sendiri. Bagaimanakah Islam mengajar wanita yang berkeinginan bernikah untuk menyuarakan keinginanya? Mari kita kaji sirah.

Bukankah perkahwinan teragung antara junjungan kita, Nabi Muhammad s.a.w. dan Siti Khadijah r.a. dimulakan dengan Siti Khadijah menzahirkan keinginannya? Ketika mengetahui sifat-sifat mulia yang dimiliki oleh Nabi Muhammad s.a.w., beliau merasakan yang dia tidak akan menjumpai sesiapa yang lebih layak untuk dijadikan suaminya melainkan Baginda. Oleh itu Siti Khadijah menyuarakan keinginannya kepada pakciknya, Abbas, agar merisik Muhammad s.a.w. Sesudah pihak Baginda bersetuju, barulah keluarga Nabi menghantar rombongan meminang. Begitulah yang diajarkan dalam sirah??

Jadi, tiada salahnya wanita yang memulakan dahulu. Bukankan itu lebih mulia, menyuarakan keinginan dan kebersediaan untuk mengikuti sunnah baginda Rasulullah s.a.w.? Cuma biarlah caranya sesuai dengan cara masyarakat kita. Jika seorang wanita itu telah mempunyai calon suami yang baik dan soleh, suarakan-lah kepada ibu bapa supaya mereka dapat menghubungi pihak keluarga lelaki tersebut. Biar orang tua yang menguruskan, kita cuma mencadangkan. Kalau kedua-dua pihak setuju, alhamdulillah. Maka pihak lelaki boleh masuk meminang.

Indahnya Cara Islam

Lihat, betapa indahnya Islam mengaturkan perjalanan hidup penganutnya. Cukup teratur dan sitematik. Cara ini dapat mengelakkan daripada berlakunya maksiat dan perkara-perkara lain yang tidak diingini. Dalam masa yang sama, ia menuju kepada pembentukan keluarga bahagia yang diidamkan oleh semua manusia kerana itulah fitrah insani. Insya-Allah jika segalanya dilakukan dengan niat ikhlas kerana Allah dan bukan atas dasar nafsu dan keduniaan semata-mata, Allah akan mempermudah urusan itu.


Untuk mereka yang masih menimba ilmu, tidak perlulah bersusah-susah mencari jodoh sekarang. Jodoh di tangan Allah, pasti bertemu jua dengan taqdirnya. Sekarang kita mempunyai matlamat yang lebih penting iaitu mendapatkan kecemerlangan dalam pelajaran dan menunaikan tanggungjawab kita sebagai muslim. Banyak lagi tanggungjawab yang perlu kita pikul dan bercinta bukanlah sesuatu yang perlu buat masa sekarang. Berusahalah menjadi muslim dan muslimah sejati serta mengamalkan Islam dalam kehidupan kita.

Akan tetapi, bagi mereka yang merasakan diri sudah mampu untuk memikul tanggungjawab berumah tangga, mampu memberi nafkah zahir dan batin, maka bernikahlah. Tiada salahnya bernikah ketika belajar. Itu adalah lebih mulia daripada mereka yang ber’couple’, dan memuaskan nafsu mengikut telunjuk syaitan. Ikutilah cara-cara menuju pernikahan yang telah diterangkan di atas. Sekali lagi ditegaskan, bercinta sebelum berkahwin dan ber’couple’ adalah menghampiri zina dan hukumnya adalah HARAM.



iluvislam.com

Sunday, August 9, 2009

Diri Pada Tahap Nafsu Mardiyah Diredai Allah

Sebelum ini kita membincangkan mengenai nafsu ammarah, tangga paling rendah yang mengakibatkan diri selalu diselubungi keburukan dan maksiat.

Di tangga kedua ialah nafsu lawwamah, kemudian diikuti tahap lebih baik nafsu mulhimah, muthmainnah dan nafsu radiah serta mardiyah.


# Nafsu lawwamah - Nama ini diambil daripada al-Quran, sebagaimana pada ayat 2 dari surah al-Qiyamah, maksudnya: "Dan aku bersumpah dengan an-nafsul-lawwaamah (bahawa kamu akan dibangkitkan sesudah mati)."

Diri pada tahap ini meningkat sedikit, berbanding diri yang dikuasai nafsu ammarah.

Jika pada tahap nafsu ammarah diri tidak terkilan dengan kesalahan dilakukan, bahkan megah dengan dosa, tetapi pada tahap ini diri kesal atas keterlanjuran dan kekurangannya menunaikan kewajipan.

Di dalam diri terasa seperti ada sesuatu yang mencelanya. Tetapi dengan adanya suara celaan dari dalam diri itu menunjukkan ia masih hidup. Walaupun berpenyakit masih belum parah.


# Nafsu mulhimah - Sesetengah ulama tidak memasukkan tahap ini dalam peringkat sifat yang dilalui diri manusia. Tetapi ramai juga dari kalangan ulama terutama ahli sufi yang memasukkan peringkat ini seperti diisyaratkan al-Quran, maksudnya: "Serta mengilhamkannya jalan yang membawanya kepada kejahatan dan ketakwaan." (as-Syams:8)

Nas terbabit pada amnya menjelaskan manusia boleh menerima suatu saranan di dalam dirinya sama ada berunsur kejahatan atau kebaikan. Ini juga menunjukkan diri seseorang sentiasa diilhamkan dua unsur; kejahatan dan kebaikan.

Berdasarkan nas dan sejarah hidup manusia sepanjang zaman membuktikan di dalam diri manusia ada satu daripada dua unsur itu, seperti suatu alat yang dapat mengesan gelombang suara dari alam ghaib.

Fenomena ini adalah realiti yang diakui tanpa diragui. Dalam bidang ilmu, fenomena ini dikaji ahli psikologi.

Pelbagai pendapat dan istilah dikemukakan, namun semua kajian menyakini fenomena terbabit sekalipun berbeza dari segi penafsirannya.



# Nafsu muthmainnah - Nafsu di tahap ini lebih sempurna, dari sudut usaha menyucikan (tazkiyah) dan melakukan jihad (mujahadah) terhadap nafsunya.

Hasil dari jihad nafsu yang tabiatnya sentiasa bergelora dan membara tanpa ada batas kepuasan, berpandukan syariat Allah dan jauh daripada maksiat, zahir dan batin, menjadikan diri mencapai ketenangan.

Peringkat ini tidak dapat dirasakan melainkan selepas diri merasakan damai terhadap hukum Allah dan manhajnya, ketentuan qada dan qadar (takdir), mengingati Allah dan khusyuk dalam ibadat.

Malah, diri tenang menghayati konsep kehambaan diri kepada Allah, sentiasa kembali kepada Allah dan hatinya pula sejahtera daripada segala penyakit.

Diri dalam peringkat ini akan mudah terasa dengan kesalahan dan dosa manakala ukuran dan timbangan terhadap sesuatu amal kebaikan semakin cermat.

Kedamaiannya dinikmati oleh diri dan oleh orang sekelilingnya, bahkan kadangkala menjadi penaung kepada mereka yang diburu kerisauan dan keresahan hidup.

Diri di peringkat inilah yang mendapat panggilan Ilahi sebagai hamba-Ku (ibadi) dan tentunya akan mendapat ganjaran syurga.



# Nafsu radiyah - Diri di tahap ini dapat mendiamkan syaitan dari dalam dirinya. Allah menurunkan ketenangan ke dalam hatinya.

Diri akan menghayati sifat reda dan menjadi maqamnya (tahap kedudukan), namun diri ini masih bimbang dan berasa belum diterima Allah.



# Nafsu mardiyah - Diri di tahap ini diredai Allah. Diri yang mencapai peringkat ini akan dapat merasakan maqamnya (tahap kedudukan) diterima Allah.

Tetapi rasaan ini bukanlah suatu yang dibuat-buat dan sekadar satu dakwaan sedangkan sebenarnya tidak ada pada batin dirinya.

Rasaan itu adalah pemberian Allah sebagai 'busyra' (khabar gembira) dari Allah kepada hamba-Nya yang diredai ketika mereka masih lagi hidup di dunia.

Istilah pada diri di tahap ini diilhamkan dari al-Quran. Tahap ini yang dihayati serta dilaksanakan dengan penuh kesungguhan dan keazaman oleh tokoh kerohanian Islam seperti ahli sufi.

Bagi kita yang bukan ahlinya dan tidak menempuhinya, selayaknya kita menerimanya selaras dengan anjuran al-Quran.

"Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu melainkan orang lelaki yang Kami wahikan kepada mereka; maka bertanyalah kamu kepada ahlu'dz-dzikri jika kamu tidak mengetahui." (al-Anbiyaa':7)

harian metro

Nafsu ammarah darjat paling hina

SETIAP orang mempunyai nafsu. Ia adalah kurniaan Allah yang bersifat fitrah sebagai pelengkap kepada unsur kemanusiaan di samping akal.

Dengan nafsu kita dapat makan dan minum, melakukan itu dan ini memakmurkan bumi, malah beranak pinak. Sebab itu, jika manusia tiada nafsu untuk makan, ini menunjukkan petanda buruk.


Cuma yang berbeza ialah tingkatan nafsu pada diri seseorang. Sesetengah dapat mengawal nafsu, manakala yang lain terikut-ikut telunjuk hawa nafsu, malah kerap terbabas kerana gagal mengawal nafsu.

Dalam Islam, nafsu terbahagi kepada beberapa tahap, iaitu nafsu ammarah, nafsu lawwamah, nafsu mulhimah, nafsu muthmainnah, radiah dan mardhiah.

* Nafsu ammarah - Nama ini diambil daripada ayat al-Quran yang menceritakan mengenai pengakuan Zulaikha (Imratulaziz) atas kesalahan dan kesediaannya membuat pengakuan yang Yusuf bersih daripada sebarang keburukan dan kesalahan.

Ia adalah nama bagi nafsu di tahap paling rendah. Diri di tahap ini disifatkan al-Quran sebagai yang menyuruh kepada keburukan dan kejahatan. Jika melakukan kebaikan sekalipun hanya sebagai topeng untuk kejahatan.

Maksudnya diri manusia dikuasai sepenuhnya oleh unsur kejahatan sehingga manusia menjadi hamba nafsu, bahkan menjadikan nafsu sebagai Tuhan yang ditaati.

Manusia yang memiliki akhlak serendah ini nilai baik dan buruk tidak bermakna dan tidak penting.

Cuma yang penting baginya ialah yang dapat memenuhi kehendak nafsunya saja. Manusia yang sedemikian akan mendabik dada, kerana berbangga dengan kejahatan yang dilakukan.

Diri dalam peringkat terendah inilah yang diistilahkan oleh ahli kerohanian Islam sebagai 'nafsu'.

Nafsu ammarah ini mengandungi sifat hina dan tercela, sifat kehaiwanan, syaitan dan bangga diri yang hanya layak bagi Tuhan, seperti sifat takbur, memperhambakan manusia, suka disanjung dan dipuja.

Sifat yang nyata pada diri di tahap ini ialah sentiasa bergelora dengan seribu satu macam keinginan nafsu, sesuai dengan sifat semula jadi nafsu rendahnya seperti terburu nafsu, lalai, tamak dan jahil.

Malah untuk menunaikan keinginan yang sentiasa bergelora tanpa puas manusia akan menjadi alat dan hamba nafsu menyebabkan mereka dalam sentiasa dalam keadaan sengsara.

Al-Quran mengumpamakan seperti seekor anjing yang termengah-mengah dan terjelir lidahnya kerana kepenatan.

"Dan kalau Kami kehendaki nescaya Kami tinggikan pangkatnya dengan ayat-ayat itu. Tetapi ia cenderung kepada dunia dan menurut hawa nafsunya; maka bandingannya adalah seperti anjing; jika engkau menghalaunya, ia menghulurkan lidahnya termengah-mengah.

"Dan jika engkau membiarkannya ia juga menghulurkan lidahnya termengah-mengah. Demikianlah bandingan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah kisah-kisah itu supaya mereka berfikir." (Al-A'raaf: 176)

Diri yang berada pada tahap ini sebenarnya menerima ujian. Diuji dengan sifat rendah dan buruk.

Tetapi manusia juga disediakan daya kemampuan untuk menentang, melawan, mengengkang dan mengawal daripada menurut nafsu rendahnya itu.

Manusia diuji dengan sifat terbabit bukanlah diminta supaya menuruti keinginan nafsu yang tidak ada batas kepuasannya tetapi untuk menghalang, mendidik dan memandunya sehingga mengenali diri, tabiat dan kelemahannya.

Dengan itu akhirnya diri mengenali Tuhan dan mentaati petunjuk-Nya dalam usaha mengatasi kelemahan supaya mereka benar-benar menjadi hamba dan mengabdikan kepada Allah saja.

Hanya dengan usaha terbabit nafsu di tahap ini akan dapat meningkat maju ke peringkat yang lebih tenang.

harian metro

Saturday, August 8, 2009

Nikah Muda dan Bahagia

Begitu saja aku dengari suatu ayat-ayat Al Quran yang membuatkan aku tersentak!

Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di kalangan kamu dan juga orang-orang yang layak menikah dikalangan hamba sahaya kamu laki-laki dan perempuan, jika mereka miskin Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan kurniaannya.Dan Allah maha Luas (Pemberiannya),lagi Maha Mengetahui (QS Annur :32)

Merupakan suatu perintah Allah agar segera menikahkan orang-orang yang masih bujang di kalangan kita. Bahkan seandainya kita termasuk golongan yang tidak mampu, jangan bimbang Allah swt sendiri akan memampukan kita.

Andai kita belum yakin dengan ayat Allah SWT perkataan apa lagi di dunia ini yang dapat menjadikan kita yakin terhadap sesuatu? Bah kan Rasullulah juga bersabda yang bermaksud:
“Carilah oleh kalian rezeki dalam pernikahan (dalam kehidupan berkeluarga) “ (Hadith riwayat Imam Ad Dhalani) dalam Musnad Al Firdaus

Dari Abu Hurairah r.a Rasulullah bersabda, “3 golongan yang akan selalu di beri pertolongan oleh Allah ialah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah swt ,seorang penulis yang selalu memberi penawar dan seorang yang menikah demi menjaga kehormatan dirinya” (Hadith riwayat Thabrani) dikeluarkan oleh Ibnu Abi Hatim, dari Ad Dur Al Mantsur.

Abu Bakar As Siddiq pernah berkata “Taatlah kamu kepada Allah dalam apa yang diperintahkan kepadamu iaitu perkahwinan,maka Allah akan melestarikan janjiNYA kepadamu iaitu kekayaan".

Allah telah berfirman “Jika mereka miskin Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan kurniaannya” (QS Annur:32)

Apa lagi alasan mereka yang telah diberi kesihatan tubuh badan, keinginan yang kuat untuk bersama pasangan dan mempercayai Allah sebagai tuhan(ialah) untuk mengatakan diri ini belum memilih nikah sebagai jalan? Andai membujang itu suatu pilihan yang diberikan kepada mereka yang beriman.Maka ia adalah sesuatu yang dikategorikan sebagai kehinaan.

Rasullah bersabda lagi,Hadith Saad bin Abi Waqas berkata : ”Rasullulah saw melarang Uthman bin Mazun dari membujang,seandainya baginda merestuinya,pasti kami akan membujang" (Sahih Muslim)

Sabda baginda lagi: dari Anas ra, Rasullulah Al Ma’shum bersabda, “Barangsiapa mempunyai anak perempuan yang telah mencapai umur 12tahun,lalu ia tidak segerakan mengahwinkannya kemudian anak perempuan tersebut melakukan dosanya di tanggung oleh ayahnya". (Hadith riwayat Baihaqi)

Ibnu Ma’ud pernah mengatakan, "Seandai tinggal sepuluh hari sahaja dari usiaku ,niscaya aku tetap ingin kahwin agar aku tidak menghadap Allah dalam keadaan masih bujang"
Sahabat-sahabat sekalian,seandainya mahu merenung akan hadith-hadith ini,maka apa lagi yang dinanti,berusahalah sedaya upaya kita untuk menikah.Kerana hadith yang menyuruh bernikah berbunyi:

Abdullah bin Mas’ud ra: diriwayatkan dari Al Qamah ra katanya: "Aku berjalan-jalan di Mina bersama Abdullah ra yang kemudian menghampiri Abdullah ra. Setelah berbincang beberapa ketika,Othman ra bertanya,wahai abu abdul rahman;mahukah aku jodhohkan kamu dengan seorang perempuan muda? Mudah mudahan perempuan itu akan dapat mengigatkan kembali masa lampau mu yang indah"

Mendengar tawaran itu Abdullah ra menjawab;

"Apa yang kamu ucapkan itu adalah sejajar dengan apa yang pernah di sabdakan oleh rasullulah saw kepada kami "
"Wahai golongan pemuda! Sesiapa di antara kamu yang telah mempunyai keupayaan iaitu zahir dan batin untuk berkahwin, maka hendaklah dia berkahwin,sesungguhnya perkahwinan itu dapat menjaga pandangan mata dan menjaga kehormatan.maka sesiapa yang tidak berkemampuan,hendaklah dia berpuasa kerana puas itu dapat mengawal iaitu benteng nafsu" (Hadith riwayat Muslim)

Seandainya kita telah berusaha sedaya upaya,serahkanlah semuanya pada Allah.Dialah yang memberi rezeki.Bukanlah orang itu termasuk dalam golongan tidak mampu,seandainya dia terus membiarkan dirinya saja,tidak berbuat apa-apa lalu apabila ditanyakan kepadanya lalu dia menjawab TIDAK MAMPU.Akan tetapi seorang yang tidak mampu adalah mereka yang telah berusaha sekuat hati ,namun hasilnya tetap di tahan oleh Allah SWT sebagai ujian untuk dirinya.

Seorang saudara mengadukan dirinya yang masih kurang iman kepada sahabatnya,
"Saya rasa masih tidak kuat lagi untuk menikah” .

Jawab sahabatnya,
"Justeru kerana kamu masih belum kuat imanlah kamu harus menyegerakan nikah, kan nikah itu menyempurnakan separuh dari agama ?"

Lantas di sebabkan iman kita yang kurang inilah kita harus segera bernikah.Bagaimana kalian sahabat-sahabat ku? Luruskan niatmu , jangan bernikah kerana keSERONOKan di dalamnya,jangan pula kerana orang mengatakannya BAIK atau apa sebab lain pun selain dari
Aku nikah kerana ALLAH dan RASUL SURUH !

Dan carilah pernikahan yang barakah.Zainab bin Jashyi dan Zaid bin Harithah yang cukup kuat iman mereka pun bercerai akhirnya.Zaid anak angkat Nabi,kekasih nabi, panglima perang ,manakala Zainab,ummul mukminin, satu figura yang tidak mungkin ada kelemahan dari imannya, mungkihkah lagi keimanan mereka diragukan.Lantas sahabat semua serahkan segalanya pada Allah SWT.

Bahagia bukan terletak pada kesenangan hidup, banyaknya harta, indahnya pasangan dan sebagainya. Bahagia itu terletak pada, firman Allah

“ Dan diantara tanda-tanda(kebesaran)Nya ilah Dia menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri,agar kamu cenderung dan berasa tenteram kepadanya.Dan menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang”. (QS anRuum:21)



iluvislam.com

Adat Berkenalan Sebelum Pernikahan

“Cinta itu kan fitrah. Tak salah bercinta,” Kata si fulan 1.

“Islam tak larang lelaki dan wanita berhubung,” Si fulan 2 pula menyampuk.

Ya. Memang betul bahawa lelaki dan perempuan boleh berhubung. Dan patut saling mengenali jika ada hasrat untuk bernikah.

Malah Nabi Muhammad turut menyuruh kita supaya melihat terlebih dahulu bakal pasangan kita itu. Ada satu kes pada zaman Nabi Muhammad yang berlaku antara Habibah binti Sahl dengan Tsabit bin Qais.

Habibah tidak pernah melihat bakal suaminya sebelum berkahwin sampailah tiba malam pertama. Habibah sangat terkejut bila bertemu suaminya sehingga dia pergi berjumpa Nabi Muhammad.

“Wahai Rasulullah, kepala saya tidak dapat bertemu dengan kepala Tsabit buat selama-lamanya. Saya menyingkap ruang kamar, dan melihatnya bersiap-siap. Ternyata dia sangat hitam kulitnya, pendek tubuhnya, dan sangat buruk wajahnya....”
:: HR Al Bukhari dan An Nasa’i ::

Tetapi semua di atas ini bukanlah alasan untuk kita melanggar semua peraturan yang telah digariskan dalam perhubungan antara lelaki dan perempuan. Mahu berkenalan itu adalah perlu, tetapi perlu mematuhi batas pergaulan.

Degup-degup Ta’aruf

“Saya bersembunyi di bawah pohon untuk melihatnya,” Kata Jabir bin Abdullah.

Ungkapan Jabir bin Abdullah ini membawakan perasaan tegang, lucu dan menunjukkan degup di dada kian terasa untuk berkenalan. Memang Nabi Muhammad menyuruh para sahabat untuk mengenali terlebih dahulu pasangan yang ingin dinikahi.

Tetapi para sahabat tidaklah mengambil peluang tersebut – mengenali dengan cara berdua-duaan, berbual-bual berjam-jam, bergelak tawa dan sebagainya. Kerana mereka sedar ada batasan dalam hubungan antara lelaki dan perempuan. Dan mereka faham jika itu yang agama pinta, mesti ada sebabnya.

Apa yang perlu diwaspadai adalah ketika degup-degup itu dihasut oleh syaitan. Lalu menjadi serong. Tersimpang jauh dan menyesatkan. Sampaikan perkara yang salah kita katakan betul. Inilah yang ingin dibincangkan dalam entri kali ini.

Simpan Itu, Untuk Yang Halal Bagimu

“Telah tertulis atas anak Adam akan nasibnya dari sudut zina akan bertemu dalam hidupnya, tidak bisa tidak. Maka kedua mata, zinanya adalah memandang. Kedua telinga zinanya adalah mendengar. Lisan, zinanya adalah berkata. Tangan zinanya adalah menyentuh. Kaki, zinanya adalah berjalan. Dan zinanya hati adalah ingin dan angan-angan. Maka akan dibenarkan hal ini oleh kemaluan, atau didustakannya.”
:: HR Muslim, dari Abu Hurairah ::

Hadis ini meminta kita berhati-hati terhadap setiap yang kita lakukan. Setiap daripada anggota badan kita ada masanya yang memacu kita ke arah zina. Kadang kita sendiri tidak sedar. Tetapi bila ada yang memberi teguran mengingatkan, maka terimalah.

Jangan pula kita cuba mengatakan perkara yang kita buat itu betul.

Bagi yang sudah berpasangan, katakan kepada pasangan anda, “Kalau yang kamu ingin beri itu adalah pesona tatkala saya masih belum layak menerimanya, maka saya harap itu bukan untuk saya. Ya, indera yang boleh memacu kita ke arah zina itu, saya harap bukan untuk saya selagi saya belum berkahwin dengan kamu.”

Setiap indera kita iaitu mata, telinga, lisan dan sentuhan boleh memacu kita ke arah zina. Ini yang perlu kita jaga sebaik mungkin selagi belum berkahwin.

Bantu Aku Menjaga Pandanganku

Pernah saya lihat dompet seorang kawan saya ada gambar seorang perempuan. Nampak macam tidak salah. Ah! Apa salahnya sekadar melihat gambar, bukannya bertemu melihat depan-depan.

Ya, tidak salah kalau kita ingin melihat terlebih dahulu wajah dan bentuk fizikal bakal pasangan kita itu. Tetapi kalau sampai disimpan dalam dompet, laptop dan ditampal di loker untuk ditatap hari-hari itu, mungkin akan mendatangkan masalah.

Itu bukan lagi niat untuk berkenalan tetapi sudah menjadi penyakit kepada hati. Kalau lama-lama sampai bertahun-tahun mungkin menimbulkan rasa jemu. Ah, sedangkan kalau seseorang itu pakai baju yang sama berhari-hari pun, sudah tentu kita jemu memandangnya.

“Oit, kau dah takde baju lain nak pakai ke?”

Ini baru soal melihat gambar berhari-hari, belum lagi bagi yang berjumpa mahu berhari-hari jugalah. Bak kata orang yang bercinta ini, sehari tidak jumpa bagaikan hati sudah mahu dirobek keluar. Makan pun tak lalu.

Ha. Kalau makan tak lalu, berpuasalah. Hehe. Lagi saya suka kalau saya yang makan tak lalu. Boleh kuruskan badan.

Mahu dikatakan sepandai-pandai kita pun, lagi pandai si syaitan tersebut. Orang kata lebih lama hidup maka lebih banyak pengalaman. Cuba kira sudah berapa lama kita hidup dan sudah berapa lama syaitan ini wujud di muka bumi.

Betapa pandainya syaitan ini sampai bila kita melihat si dia, mata kita terasa terpikat sampai badan tiba-tiba jadi cergas. Biasalah kalau sudah tergoda, ibaratnya macam disuntik dadah. Kemahuan meluap-luap. Kemudian timbul pula penyakit hati.

Jihad besar umat Islam: Melawan nafsu

Bantu Aku Menahan Kebisingan Syahwat

Wahai perempuan, tahukah anda bahawa imaginasi kaum lelaki ini begitu tinggi? Sampaikan kami ini boleh mengimpikan dan membayangkan dengan detail apa-apa sahaja dengan hanya mendengar suara.

Jika suara anda itu lembut, ia akan membuat dentingan frekuensi yang sangat halus sampai menyengat-nyengat jiwa. Kadang-kadang berbisik-bisik sampai menimbulkan rasa ghairah yang tinggi.

Saya bukannya menyuruh anda berteriak-teriak apabila bercakap dengan kaum lelaki. Memang sudah fitrah suara perempuan itu lembut. Jadi, janganlah dilembutkan lagi. Sampai merengek-rengek bercakap dalam telefon.

Ah! Anda jangan ingat kalau cakap dalam telefon, kami tidak boleh membayangkan sesuatu. Bukankah saya sudah katakan tadi imaginasi kami ini sangat tinggi sampai anda tidak dapat membayangkannya. Hehe. Kalau tidak mana mungkin terlalu banyak iklan klub-klub telefon dalam majalah Mastika.

Apa yang perlu dibuat apabila ingin bertemu dengan lelaki, tegaskan suara. Biar frekuensi itu tidak dapat menjentik sedikit pun hati-hati kami.

Dan kepada kaum lelaki, tahanlah nafsu itu. Nanti niat asal yang hendak berkenalan itu jadi lain pula. Terpikat dengan suara, bukannya terpikat dengan agama.

Bantu Aku Bernafas

Jangan pula dilupakan hidung. Ini pun satu lagi deria yang sangat sensitif.

“Wanita mana yang memakai haruman kemudian keluar dan berharap agar orang ramai dapat menghidu bau haruman tersebut, maka dia adalah penzina.”
:: HR Abu Dawud dan At Tirmizi ::


Sekali lagi ingin saya ingatkan, imaginasi lelaki ini sangat tinggi. Sekali dia membau haruman daripada badan, berkemungkinan dia membayangkan sesuatu yang tidak patut.

Kulitku Sangat Peka

Seorang naqib saya sewaktu di sekolah tersebut pernah mengibaratkan akan persentuhan kulit antara lelaki dan wanita bukan mahram itu seperti persentuhan kulit kita dengan kulit babi.

Jangan salahkannya, kalau tersentuh kulit babi masih boleh disucikan. Tetapi dengar pula hadis yang ini:

“Sungguh, jika kepala salah seorang daripada anda dicucuh dengan jarum besi yang menyala, itu masih lebih baik daripada anda menyentuh perempuan yang tiada halal bagimu.”
:: HR At Thabrani dan Al Bahaiqi ::

Masih lagi saya ingin ingatkan, kita ini kaum lelaki sangat kuat berimaginasi. Kalau dengan mendengar dan bau sahaja pun sudah menerbitkan khayalan-khayalan yang tidak patut, apatah lagi kalau dapat menyentuh si dia.

Ah! Anda mahu berkenalan atau mahu apa ini?

Kawal Kata-kata

Orang kata bila mahu berkenalan perlulah memaniskan kata-kata. Ya, betul. Tetapi memaniskan kata-kata bukan bermaksud sengaja membunga-bungakan kata-kata.

Cukuplah mengeluarkan ayat-ayat yang sopan. Jangan sampai keterlaluan sampai bahasa berbunga-bunga. Kalau mahu menulis sajak, bolehlah.

“Saudari, minggu depan rasanya kita perlu buat meeting untuk program ini.”

“Saudari, rasanya sudah tidak tertahan hati ini untuk berjumpa. Moga silaturrahim yang dibina akan memantapkan gerakan program ini.”

Bezakan dua ayat di atas. Kalau rasa pernah dengan sengaja mengeluarkan kata-kata dengan harapan dapat menyentuh hati si dia, maka cubalah berhenti sekarang. Bukankah anda kata sekadar mahu berkenalan. Apabila sudah berkahwin nanti, buatlah ayat yang macam mana sekalipun.

Jaga Jarak

“Janganlah seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan yang bukan mahramnya. Dan janganlah seorang wanita keluar dengan seorang lelaki kecuali ditemani mahramnya.”
:: HR Al Bukhari dan Muslim ::

Kalau tidak bertemu atau berjumpa, orang kata tidak sah sebagai syarat untuk berkenalan. Tetapi ada syaratnya juga.

Kalau mahu berkenalan dengan si dia, jadilah lelaki yang berani terus berjumpa dengan ibu dan bapanya. Bukannya sekadar berjumpa di taman, di cafe atau di library.

Dan kalau ada hal yang betul-betul penting, seperti meeting atau mahu buat kumpulan belajar bersama, pastikan perkara itu betul-betul perlu. Atau betul-betul terdesak. Jangan jadikan alasan dengan mengatakan sekadar mahu belajar. Eh, rakan sekuliah yang sama jantina bukankah ramai?

Berkenalan Sebelum Berkahwin

Saya cuba meringkaskan apa yang saya tulis di atas. Menurut Syeikh Muhammad al-Munajjid, beliau menggariskan beberapa perkara dalam pergaulan lelaki dan perempuan:

1. Elakkan dari berkata-kata perkara yang di luar topik.

2. Tidak membuat lawak atau melembutkan suara.

3. Tidak bertanya mengenai perkara peribadi (personal).

4. Berhenti bercakap jika berlaku keinginan didalam hati.

Dan adat Melayu janganlah diabaikan. Bukankah adat Melayu itu juga banyak terselit unsur Islam. Ingat lagi adat merisik?

Orang waktu dulu bila menyukai seseorang, dia akan meminta orang lain merisikkan untuknya. Bukannya dia yang dengan muka tidak tahu malu merisik sendiri.

Janganlah kata adat merisik kita ini kolot. Tidak kena dengan peredaran zaman. Dan kemudian mengguna pakai adat Barat yang kononnya dikatakan moden. Tetapi adat mereka itulah yang merosakkan institusi kekeluargaan di sana.

Masihkah anda mahu kata adat kita ini kolot?



iluvislam.com

Sebuah Mahar Cinta

Nabi saw bersabda; “Dinikahi wanita itu kerana empat perkara . Kerana kekayaannya, kerana kedudukannya, kerana kecantikannya dan kerana agamanya. Maka pilihlah kerana agamanya, nescaya akan beruntunglah kedua-dua tanganmu” (Hadith Riwayat Bukhari dan Muslim)


Persediaan Melayarkan Sebuah Bahtera Kasih
Orang bujang yang yang masih rasa malu-malu atau lucu apabila memperkatakan tentang hal ehwal perkahwinan, ia adalah salah satu tanda yang dirinya belum sampai masa untuk berkahwin.

Bersedialah dari sekarang, kemantangan anda dinilai, sebelum sebuah bahtera perkahwinan bersedia dilayarkan. Penulis berpandangan isteri beragama yang dimaksudkan Rasulullah saw tidak semestinya diukur dari sudut jurusan ilmu atau bidang pengajian semasa di universiti, tetapi akhlaknya dan sejauh mana amalannya terhadap ilmu-ilmu syariat yang dipelajarinya walaupun sedikit.

Lebih penting hikmah yang diperolehinya setelah amalan dilakukan dengan ikhlas. Disiplin akademik di universiti tidak penting. Mungkin seseorang itu dari bidang sains tetapi luas pembacaannya tentang lapangan ad Din, dan mempelajarinya melalui saluran tepat secara formal atau tidak seperti menghadiri kuliah di masjid, menonton program televisyen berbentuk perbincangan agama, dan sebagainya.

Kita perlu pada anjakan paradigma, sepertimana ditonjolkan oleh baginda saw sebagai seorang suami, terutama dalam menilai sifat agama pada perempuan yang hendak dicari sebagai isteri. Menilai terlebih dahulu dari sudut hati atau batiniah sebelum lahiriah.


Ujian selepas berkahwin
Penulis merasakan ramai sekali isteri yang meminta perhatian dari suami sehinggakan suami terasa rimas dengan sikap ini. Untuk kehidupan rumahtangga yang seimbang, sangat penting dipihak isteri belajar memahami suami dengan meletak diri ditempat suami.

Jika setiap insan menghargai keunikan diri masing-masing, mengiktiraf kelebihan dan mengakui kelemahan, sebuah kehidupan akan menjadi seimbang. Oleh kerana perempuan kuat pada emosi, maka emosinya terpilih untuk hanya disuburkan oleh suami tercinta dan anak-anak.

Kepuasan pada mengisi keperluan emosi hanya boleh diperolehi dari insan yang diberikan emosi itu iaitu suami dan anak-anak. Tidak ada apa sangat yang hendak dicari di luar sana. Bila dah faham, maka tidak berlakulah isteri dan suami 'bermain kayu tiga', dan menjadi bahana adalah anak-anak.

Sebuah perkahwinan itu memerlukan perkongsian fizikal dan minda dalam erti kata yang sebenar-benarnya, interdependence- saling bergantung- Banyak pasangan suami isteri yang terkandas bila sampai pada bab ni. Perempuan kena belajar untuk mencintai dirinya sendiri, sebelum untuk mencintai suami dan anak-anaknya. Persiapan ini perlu, sebagai persedian awal sebelum berumahtangga. Seorang perempuan memang dalam fatrah masa sepuluh tahun pertama perkahwinan, akan merasa seolah-olah tidak memerlukan kawan perempuan yang lain, sedangkan itulah support yang diperlukan terutama ketika emosi terlalu kuat melanda. Suami tidak dapat menampung kehendak emosi itu. Cuba dekatkan diri dengan teman yang sudah berumahtangga, mungkin usia perkahwinan mereka lebih tua, untuk berkongsi itu, dan ini, sedikit sebanyak dapat mengawal emosi yang membuak-buak.


Merancang masa secara berkala
Pada zaman sekarang suami isteri bekerja sama ada sektor awam atau sektor swasta. Apabila ini berlaku iaitu suami isteri bekerja, penulis dapati isteri lebih penat daripada suami, kerana selepas balik kerja mereka terpaksa menguruskan rumahtangga.

Kalau ada anak-anak yang masih kecil, penat mereka lagi bertambah. Tiada akses masa yang terancang, untuk diri dan keluarga. Penulis berpendapat sebahagian besar masa dan sudah tentu tenaga telah diragut untuk negara.

Bekerja sampai overtime, lupa untuk menyediakan keperluan untuk isteri, suami, dan anak-anak, terutama kasih sayang. Akibatnya tenaga untuk keluarga, termasuklah pendidikan anak dan juga hubungan intimasi keluarga amat berkurangan dan lesu.

Kadangkala untuk konsisten membaca el Quran dan melakukan solat sunat juga terbengkalai begitu sahaja. Kitab-kitab yang berguna tidak mampu dibaca dan dihabiskan, malahan hampir tiada akses masa untuk memperolehinya.

Dunia Barat telah mengalami lima puluh tahun lebih awal keadaan pekerjaan yang membebankan akibat kurang akses kepada masa bersama keluarga. Akibatnya keruntuhan moral anak-anak menjadi-jadi.

Gejala sosial tidak sihat sudah menjadi lumrah hidup, gara-gara kurang perhatian dari seorang ibu dan bapa. Mereka telah berusaha memperbaiki sistem ‘rat race’ tersebut. Mereka telah belajar dari kesilapan. Pembahagian jumlah kerja dan bilangan tenaga kerja telah dibahagi lebih adil. Kini mereka kembali menikmati masa bersama keluarga dan akses kepada masa rehat dan aktiviti membaca, bersukan atau seni untuk ‘recharged’ minda, fikiran dan perasaan mereka. Nampaknya sistem kita sudah terbalik dan cuba mengulangi kesilapan mereka.

Jika diperbetulkan hubungan intimasi ini, maka rintangan ini juga mudah diperbaiki dengan penuh bertenaga dan segar.


Bercinta Hingga Ke Syurga
Kadang kala penampilan sesorang itu nampak tip top, berkopiah, berjanggut sejemput, bertudung labuh, berpurdah dan lain-lain lagi, namun apabila golongan ini mula terjebak dalam masalah sosial tidak sihat, siapa yang tidak mahu bercinta dan dicintai, penulis melihat ada petanda yang kurang sedap pada hati masing-masing, ada masalah hati.

Memang mudah nak mengubah luaran, namun teramat susah nak mengikis karat jahiliah dalam hati. Jika terpaksa mengurung atau memenjarakan keinginan (nafsu) yang terlalu memuncak, cuba lakukan sedaya mungkin. Jika terpaksa melepaskan keseronokan yang sering melalaikan Iman, cuba buktikan tanpa banyak soal.

Biar merana dahulu sebelum merana kemudian. Bimbang kalau dah terkena 'bius cinta' nanti, habis satu badan terasa kebas, nak angkat satu jari pun terasa berat. Apabila terbius seseorang itu dengan cinta, segala tindakan seolah-olah seperti diri telah dipukau.

Tiba-tiba menjadi bodoh, tidak pernah mengerti halal haram, dan batas pergaulan. Lebih-lebih lagi si perempuan, makhluk yang banyak menggunakan emosi dan selalu inginkan perhatian. Mereka yang terkena 'bius cinta', secara terangan menolak apa sahaja nasihat yang ditujukan.

Ada juga manusia yang seolah mampu mendengar nasihat, diangguk-angguk apabila dinasihati. Berjanji cuba mengatasi ‘masalah cinta’ itu, tetapi dalam diam rupanya, menolak mentah-mentah. Biusannya sungguh kuat. Jadilah mereka yang terkena penyakit angau. Makan tak kenyang, tidur tak lena, dan mandi tak basah, kerana setiap detik dan masa fikiran telah tertumpah pada keayuan wajah si 'cewek', yang dikatakan solehah, dan cantik bak bidadari. Inilah dikatakan ['Pungguk Rindukan Bulan'].

Mulut melafazkan kata yang melegakan hati si penasihat, tetapi mindanya, dan hatinya tetap sama. Maka tindakannya, menjadi kaku terpana dalam alam khayalan. Kadang-kadang makan minum pun tidak dihiraukan. Deraian air mata ibu tidak dipeduli.

Sebaliknya deraian air mata si anak yang tidak dibenarkan berjumpa si 'kekasih hati' kononnya, itu pula yang mengundang simpati si ibu. Merintih si ibu keseorangan di tikar sejadah, memohon agar diberi petunjuk buat si anak. Bukannya si ibu tidak membenarkan si anak membuat pilihan, tetapi si anak langsung tidak mempedulikan nasihat si ibu akibat dibius cinta 'dos tinggi'. Cukup bahaya.


Pesan-Memesan
Maafkan aku wahai sahabat andai aku tidak menegur kalian. Hati aku membenci apa kalian lakukan, tapi aku hanya mampu menasihati dari jauh. Aku hanya mampu mengalirkn air mata menahan amarah apabila kau tidak mampu memahami kenapa aku diam membisu dalam membenci tindakan kalian walaupun sudah banyak kali menegur. Diam aku bukan kerana benci pada kalian, tetapi marah aku pada perbuatan kalian. Bukan kerana aku dengki, tapi kerana sebuah kasih sayang aku pada kalian.

Bermujahadahlah wahai sahabat pembaca budiman. Jagalah kesucian syariat agama kita. Biarlah diri dicemuh, mahupun disisihkan, asalkan hatimu, agamamu tetap terjaga menunggu masa yang dijanjikan Allah Taala. Ameen.

iluvislam.com