Santapan Rohani


Random Hadith Widget

Tuesday, February 28, 2012

Jangan Ditiup Minuman dan Makanan Panas

Seringkali kita melihat, seorang ibu ketika menyuapi anaknya makanan yang masih panas, dia meniup makanannya lalu disuapkan ke anaknya. Bukan cuma itu, bahkan orang dewasa pun ketika minum teh atau kopi panas, sering kita lihat, dia meniup minuman panas itu lalu meminumnya. 
Benarkah cara demikian?

Cara demikian tidaklah dibenarkan dalam Islam, kita dilarang meniup makanan atau minuman.
Sebagaimana dalam Hadits Ibnu Abbas menuturkan “Bahwasanya Nabi Shallallaahu alaihi wa Salam melarang bernafas pada bejana minuman atau meniupnya”. (HR. At Turmudzi dan dishahihkan oleh Al-Albani).

Awalnya saya tidak mengetahui hikmahnya, bagi saya peribadi, ketika datang hadits pada saya mengenai suatu hal, maka semampunya cuba saya lakukan, walaupun saya belum tahu hikmahnya, dan sebenarnya memang tidak tahu.

Begitu juga ketika saya pertama kali mendengar hadits ini, saya hanya berusaha mengamalkan saja, bahwa kita dilarang meniup makanan atau minuman,itu juga yang saya lakukan kepada anak saya.


Dan alhamdulillah ketika cuba melayari ke internet, ternyata dari salah satu milis kimia di Indonesia, ada yang menjelaskan secara teori bahawa: apabila kita hembus nafas pada minuman, kita akan mengeluarkan CO2 iaitu carbon dioxide, yang apabila bercampur dengan air H20, akan menjadi H2CO3, yaitu sama dengan cuka, menyebabkan minuman itu menjadi acidic. 

Saya juga teringat bahawa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam menyuruh kita ketika minum seteguk demi seteguk, jangan dihabiskan minuman terebut sambil bernafas di dalam gelas, hal ini juga dilarang, ternyata saya baru tahu sekarang hikmahnya, bahawa ketika kita minum dengan cara yang demikian, maka ada kemungkinan kita akan bernafas di dalam gelas, yang akan menyebabkan reaksi kimia seperti di atas.

Ulasan yang saya sampaikan, mungkin bukan hikmah keseluruhan, kerana ilmu Allah tentu lebih luas dari ilmu manusia, boleh jadi itu adalah salah satu hikmah dari puluhan juta hikmah lainnya yang belum terungkap oleh kita sebagai khalifah.

Kewajiban kita hanyalah mendengar dan menta’atiNya Perkara hikmah apa yang ada dalam larangan itu, urusan belakangan. Yang penting kita sudah cuba untuk mentaatinya....

No comments:

Post a Comment